Shopee menjadi marketplace baru yang tiba-tiba muncul ditengah persaingan Tokopedia VS Bukalapak. Namun diluar dugaan, justru Shopee menggeser kedua marketplace tersebut yaitu Tokopedia dan Bukalapak. Mengingat marketplace ini masih berumur jagung rasanya mustahil menggeser kekuatan duo marketplace yang sudah lama berdiri sebelumnya. Tentu ini menjadi prestasi yang sangat membanggakan bagi Shopee sendiri.

 

Beberapa markeplace tanah air seperti Blanja.com dan Mataharimall.com yang di dukung oleh Telkom Indonesia dan hypermarket kenamaan, Matahari dengan dana miliaran lenyap ditelan zaman.

 

Shopee seperti David yang mengalahkan Goliath. Meskipun memiliki prestasi gemilang, CEO Shopee tidak ambil panggung di media. Tidak seperti Tanuwijaya pendiri Tokopedia yang aktif menjadi pembicara di beragam media, Ahmad Zaki, pendiri Bukalapak yang bahkan menjadi brand ambassador perusahaannya sendiri.

Tentu sejarah Shopee layak untuk diketahui dan diteladani, lalu bagaimana sebetulnya sejarah Shopee? Berikut ulasannya:

 

Awal Berdirinya

 

Tokoh pendiri Shopee bukanlah orang sembarangan, dia Chris Feng seorang yang meraih predikat sebagai lulusan terbaik di University of Singapore. Ia pernah dipercaya untuk memimpin dua marketplace besar, Zalora dan Lazada.

 

Berbekal pengetahuan, pengalaman, relasi dan dana yang ia bisa kumpulkan akhirnya Shopee didirikan. Group yang membawahi Shopee bernama Garena Group yang belakangan berubah nama menjadi SEA Group.

 

Model Bisnis

 

Konsep pada Shopee adalah C2C atau costumer to costumer yang artinya semua orang dapat berjualan di Shopee sama halnya Bukalapak, Tokopedia, Lazada dan OLX.

 

Meski berdiri di negara kecil yaitu Singapura, namun Shopee sudah melakukan ekspansi besar-besaran ke berbagai negara di Asia tenggara seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan tentu saja Indonesia. Bahkan kini Shopee melebarkan sayap sampai ke Brazil.

 

Pencapaian Shopee

 

Sebagaimana yang dilansir oleh PojokSosmed.com, survei yang dilakukan oleh Shopee pada tahun 2017 menunjukkan bahwa sebanyak 73 persen ibu-ibu menggunakan Shopee dan menjadikan aplikasi ini sebagai aplikasi yang paling mereka favoritkan mengalahkan Tokopedia sebesar 54%, Lazada sebesar 51% dan Instagram sebanyak 50%.

 

Survei tersebut menunjukan bagaimana Shopee sudah memenangkan persaingan mengalahkan platform lainnya sebagai marketplace.

 

Kelebihan Shopee

 

Kesuksesan yang diraihnya tentunya tidak mungkin lepas dari kelebihan yang ada sehingga mampu menggeser marketplace besar dalam waktu singkat. Kelebihannya ada pada kesederhanaannya sehingga Shopee mudah untuk digunakan. Tidaklah mengherankan jika ibu-ibu lebih banyak menggunakan marketplace Shopee ketimbang yang lainnya.

 

Selain itu Shopee gencar melakukan promosi besar-besaran misalnya dengan memberikan gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia. Selain promosinya yang gencar, promosinya juga sangat sangat sangat kreatif. Misalnya dengan menyediakan game dalam aplikasinya sehingga pemain harus meminta orang lain untuk ikut bermain. Cara ini membuat Shopee menjadi viral berkali kali!

 

Cara ini bahkan ditiru dan dijiplak oleh marketplace lain. Tidak hanya itu, ia rela “bakar uang” untuk menarik sebanyak mungkin pengguna baru. Dengan promosinya yang kreatif dan agresif membuat marketplace lain gerah dan kehabisan uang untuk “dibakar”.

 

Baru-baru ini Bukalapak meraih keuntungan terbesar semenjak berdirinya perusahaan itu, bukan karena marketplace tersebut mengalahkan Shopee atau melonjaknya transaksi di Bukalapak secara ajaib, atau karena mereka melakukan promosi yang jauh lebih gencar da'i yang lainnya, tetapi justru sebaliknya. Bukankan berhenti “bakar uang” mereka sudah mulai menarik keuntungan dan menghentikan promosi gencar seperti dulu yang mereka sering lakukan. Saya melihatnya sebagai bendera putih yang dikibarkan.